Variasi
Bahasa
A. Pendahuluan
Bahasa adalah alat komunikasi
antaranggota masyarakat yang berupa bunyi suara atau lambang yang dikeluarkan
oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya kepada manusia lain. Sebagai sebuah
alat komunikasi, bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang mesti dipahami oleh
semua penutur bahasa itu. Namun, karena penutur bahasa tersebut meski berada
dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan manusia yang homogen, serta
adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok
yang sangat beragam, maka wujud bahasa yang konkret yang disebut ujaran
(parole), menjadi tidak seragam. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi
(Chaer, 1995).
Variasi Bahasa disebabkan oleh
adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok
yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen.
Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat
sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi
bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya
keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah
ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang
beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak. Yang
jelas, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman
sosial dan fungsi kegiatan didalam masyarakat sosial. Namun Halliday membedakan
variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian (register). Berikut
ini akan dibicarakan variasi-variasi bahasa tersebut, dimulai dari segi penutur
ataupun dari segi penggunanya.
B. Variasi Bahasa
1. Pengertian Variasi Bahasa
Bahasa mempunyai dua aspek
mendasar, yaitu bentuk dan makna. Aspek bentuk meliputi bunyi, tulisan, dan
strukturnya. Aspek makna meliputi makna leksikal, fungsional, dan struktural.
Jika diperhatikan lebih rinci lagi, kita akan melihat bahasa dalam bentuk dan
maknanya menunjukkan perbedaan kecil maupun perbedaan yang besar antara
pengungkapan yang satu dengan pengungkapan yang lainnya. Misalnya, perbedaan
dalam hal pengucapan /a/ yang diucapkan oleh seseorang dari waktu satu ke waktu
yang lain. Begitu juga dalam hal pengucapan kata /putih/ dari waktu yang satu
ke waktu yang lain mengalami perbedaan. Perbedaan-perbedaan bentuk bahasa
seperti ini dan yang lainnya dapat disebut dengan variasi bahasa.
Pertama, variasi bahasa dilihat
sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi
bahasa itu. Jadi, variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat adanya keragaman
sosial dan keragaman fungsi bahasa. Andaikata penutur bahasa itu adalah kelompok
yang homogen, baik etnis, status sosial maupun lapangan pekerjaannya, maka
variasi atau keragaman itu tidak ada, artinya bahasa itu jadi seragam. Kedua,
variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat
interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam (Chaer dan Agustina,
1995: 81).
Berdasarkan contoh di atas, dapat
dipahami masalah yang dihadapi para ahli bahasa dalam memilih definisi bahasa
yang akan menjadi dasar kerja dan metodologinya dalam upaya membuat penjelasan
tentang penemuan-penemuannya meliputi rangkap bahasa itu sendiri yang cukup
rumit. Sifat bahasa itu sudah merupakan sistem yang sangat kuat dan abstrak
yang dipakai oleh semua warga komunitas bahasa (speech-community) tetapi hanya
bisa diamati sebagai tingkah laku individu dan pada saat yang sama tampak
seperti tingkah laku orang yang aneh (idiosyncracy).
1) Idiolek
Idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan.
Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau
idioleknya masing-masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan warna suara,
pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Namun yang paling
dominan adalah warna suara itu, sehingga jika kita cukup akrab dengan
seseorang, hanya dengan mendengar suaranya tanpa melihat orangnya, kita dapat
mengenalinya.
2) Dialek
Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu.
Karena dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur,
dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional atau dialek geografi.
Para penutur dalam suatu dialek, meskipun mereka mempunyai idioleknya
masing-masing, memiliki kesaman ciri yang menandai bahwa mereka berada pada
satu dialek, yang berbeda dengan kelompok penutur lain, yang berada dalam
dialeknya sendiri dengan ciri lain yang menandai dialeknya juga.
Dalam bahasa Bali misalnya ada beberapa dialek, bahasa Bali dialek Nusa Penida,
bahasa Bali dialek Klungkung yang berbeda dengan bahasa Bali dialek Singaraja
atau dialek Tabanan. Contoh pengucapan kata suba (bahasa Bali) yang
bisa diucapkan [sUbO] oleh masyarakat Tabanan dengan dialek Tabanan atau
diucapakan [sUbɘ] oleh masyarakat Klungkung dengan dialek Klungkung. Perbedaan
dialek dari segi kosa kata misalnya, kata nani digunakan sebagai sapaan kepada
teman yang akrab oleh masyarakat Singaraja, tetapi kata nani ini tidak
digunakan oleh masyarakat Klungkung yang tinggal di Klungkung. Contoh lain,
dialek masyarakat Madura berbeda dengan dialek masyarakat Bali. Masyarakat
Madura ketika mengatakan Mau kemana dik? akan berbeda aksennya ketika
dikatakan oleh orang Bali.
3) Kronolek atau dialek temporal
Kronolek atau dialek temporal
adalah variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu.
Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi yang
digunakan pada tahun lima puluhan, dan variasi yang digunakan pada masa kini.
Variasi bahasa pada ketiga zaman itu tentunya berbeda, baik dari segi lafal,
ejaan, morfologi, maupun sintaksis. Yang paling tampak biasanya dari segi
leksikon, karena bidang ini mudah sekali berubah akibat perubahan sosial
budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Misal kata ringgit, sen, dan rupiah (nama
mata uang) digunakan pada kurun waktu yang berbeda. Nama satuan mata uang
Indonesia ketika merdeka menggunakan rupiah, sedangkan sebelumnya masyarakat
Indonesia pernah menggunakan kata ringgit dan sen.
4) Sosiolek atau dialek sosial
Sosiolek atau dialek sosial adalah
variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial
penuturnya. Dalam sosiolinguistik, umumnya variasi bahasa inilah yang paling
banyak dibicarakan, karena variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi
para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat
kebangsawanan, dan keadaan sosial ekonomi. Perbedaan variasi bahasa itu
bukanlah berkenaan dengan isi pembicaraan, melainkan perbedaan dalam bidang
morfologi, sintaksis, dan juga kosa kata.
Variasi Bahasa Berdasarkan Pemakai Bahasa
Kita mengenal bermacam-macam variasi bahasa. Variasi
bahasa berdasarkan pemakai bahasa ini dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Dialek regional, yaitu variasi bahasa yang dipakai
di daerah tertentu. Variasi bahasa ini membedakan bahasa yang dipakai di suatu
tempat dengan yang dipakai di tempat lain, walaupun variasinya berasal dari
satu bahasa. Misalnya, kita mengenal adanya bahasa Melayu dialek Jakarta atau
bahasa Bali dialek Nusa Penida, Karangasem, dan lain-lain. Kata lépéh misalnya
digunakan oleh masyarakat Nusa Penida untuk menyatakan capek atau lelah.
Berbeda dengan masyarakat Cirebon yang menggunakan kata pegel. Dari segi
pengucapan, misalnya kata ujan diucapkan Ujan oleh masyarakat Karangasem dengan
menggunakan dialek Karangasem dan kata ujan diucapakan Ojan oleh masyarakat
Nusa dengan dialek Nusa Penida.
b. Dialek sosial, yaitu dialek yang dipakai oleh
kelompok sosial tertentu atau menandai stratum sosial tertentu. Misalnya,
dialek orang dewasa dan dialek remaja. Para remaja misalnya menggunakan bahasa
gaul ketika berkomunikasi dengan temannya. Kata bro yang berarti saudara
laki-laki, bokap yang berarti ayah, nyokap yang berarti ibu, gue yang berarti
aku merupakan beberapa contoh bahasa gaul yang digunakan oleh remaja Indonesia.
c. Dialek temporal, yaitu dialek yang dipakai pada
kurun waktu tertentu. Misalnya kata bokap dan nyokap merupakan bahasa yang
berkembang saat ini, sedangkan pada tahun 20-an kata-kata tersebut belum
dikenal oleh masyarakat.
d. Idiolek, yaitu keseluruhan ciri-ciri bahasa
seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia, tetapi kita masing-masing
mempunyai ciri khas pribadi dalam lafal, tata bahasa, pilihan kata, warna
suara, dan lain-lain. Yang paling menonjol dalam idiolek ini adalah warna
suara, sehingga jika kita sudah akrab dengan seseorang, hanya dengan mendengar
suaranya kita bisa tahu siapa yang berbicara.
Demikian materi yang di sampaikan mohon maaf bila ada
kesalahan
Terima kasih~
No comments:
Post a Comment
Menuju Tak Terbatas Dan Melampaui nya