Tuesday, October 20, 2020

Variasi bahasa beserta contohnya


Variasi Bahasa

 

A.   Pendahuluan

    Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa bunyi suara atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya kepada manusia lain. Sebagai sebuah alat komunikasi, bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang mesti dipahami oleh semua penutur bahasa itu. Namun, karena penutur bahasa tersebut meski berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan manusia yang homogen, serta adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam, maka wujud bahasa yang konkret yang disebut ujaran (parole), menjadi tidak seragam. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi (Chaer, 1995).

 

    Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak. Yang jelas, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan didalam masyarakat sosial. Namun Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian (register). Berikut ini akan dibicarakan variasi-variasi bahasa tersebut, dimulai dari segi penutur ataupun dari segi penggunanya.

 

B.    Variasi Bahasa

 

1.    Pengertian Variasi Bahasa

    Bahasa mempunyai dua aspek mendasar, yaitu bentuk dan makna. Aspek bentuk meliputi bunyi, tulisan, dan strukturnya. Aspek makna meliputi makna leksikal, fungsional, dan struktural. Jika diperhatikan lebih rinci lagi, kita akan melihat bahasa dalam bentuk dan maknanya menunjukkan perbedaan kecil maupun perbedaan yang besar antara pengungkapan yang satu dengan pengungkapan yang lainnya. Misalnya, perbedaan dalam hal pengucapan /a/ yang diucapkan oleh seseorang dari waktu satu ke waktu yang lain. Begitu juga dalam hal pengucapan kata /putih/ dari waktu yang satu ke waktu yang lain mengalami perbedaan. Perbedaan-perbedaan bentuk bahasa seperti ini dan yang lainnya dapat disebut dengan variasi bahasa.

    Pertama, variasi bahasa dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi, variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Andaikata penutur bahasa itu adalah kelompok yang homogen, baik etnis, status sosial maupun lapangan pekerjaannya, maka variasi atau keragaman itu tidak ada, artinya bahasa itu jadi seragam. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam (Chaer dan Agustina, 1995: 81).

    Berdasarkan contoh di atas, dapat dipahami masalah yang dihadapi para ahli bahasa dalam memilih definisi bahasa yang akan menjadi dasar kerja dan metodologinya dalam upaya membuat penjelasan tentang penemuan-penemuannya meliputi rangkap bahasa itu sendiri yang cukup rumit. Sifat bahasa itu sudah merupakan sistem yang sangat kuat dan abstrak yang dipakai oleh semua warga komunitas bahasa (speech-community) tetapi hanya bisa diamati sebagai tingkah laku individu dan pada saat yang sama tampak seperti tingkah laku orang yang aneh (idiosyncracy).

1) Idiolek
    Idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya masing-masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Namun yang paling dominan adalah warna suara itu, sehingga jika kita cukup akrab dengan seseorang, hanya dengan mendengar suaranya tanpa melihat orangnya, kita dapat mengenalinya.

2) Dialek
    Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat tinggal penutur, dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional atau dialek geografi. Para penutur dalam suatu dialek, meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing, memiliki kesaman ciri yang menandai bahwa mereka berada pada satu dialek, yang berbeda dengan kelompok penutur lain, yang berada dalam dialeknya sendiri dengan ciri lain yang menandai dialeknya juga.
Dalam bahasa Bali misalnya ada beberapa dialek, bahasa Bali dialek Nusa Penida, bahasa Bali dialek Klungkung yang berbeda dengan bahasa Bali dialek Singaraja atau dialek Tabanan. Contoh pengucapan kata suba (bahasa Bali) yang bisa diucapkan [sUbO] oleh masyarakat Tabanan dengan dialek Tabanan atau diucapakan [sUbɘ] oleh masyarakat Klungkung dengan dialek Klungkung. Perbedaan dialek dari segi kosa kata misalnya, kata nani digunakan sebagai sapaan kepada teman yang akrab oleh masyarakat Singaraja, tetapi kata nani ini tidak digunakan oleh masyarakat Klungkung yang tinggal di Klungkung. Contoh lain, dialek masyarakat Madura berbeda dengan dialek masyarakat Bali. Masyarakat Madura ketika mengatakan Mau kemana dik? akan berbeda aksennya ketika dikatakan oleh orang Bali.

3) Kronolek atau dialek temporal

    Kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi yang digunakan pada tahun lima puluhan, dan variasi yang digunakan pada masa kini. Variasi bahasa pada ketiga zaman itu tentunya berbeda, baik dari segi lafal, ejaan, morfologi, maupun sintaksis. Yang paling tampak biasanya dari segi leksikon, karena bidang ini mudah sekali berubah akibat perubahan sosial budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Misal kata ringgit, sen, dan rupiah (nama mata uang) digunakan pada kurun waktu yang berbeda. Nama satuan mata uang Indonesia ketika merdeka menggunakan rupiah, sedangkan sebelumnya masyarakat Indonesia pernah menggunakan kata ringgit dan sen.

4) Sosiolek atau dialek sosial

    Sosiolek atau dialek sosial adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial penuturnya. Dalam sosiolinguistik, umumnya variasi bahasa inilah yang paling banyak dibicarakan, karena variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, dan keadaan sosial ekonomi. Perbedaan variasi bahasa itu bukanlah berkenaan dengan isi pembicaraan, melainkan perbedaan dalam bidang morfologi, sintaksis, dan juga kosa kata.

 Variasi Bahasa Berdasarkan Pemakai Bahasa

Kita mengenal bermacam-macam variasi bahasa. Variasi bahasa berdasarkan pemakai bahasa ini dapat dibedakan sebagai berikut.

a. Dialek regional, yaitu variasi bahasa yang dipakai di daerah tertentu. Variasi bahasa ini membedakan bahasa yang dipakai di suatu tempat dengan yang dipakai di tempat lain, walaupun variasinya berasal dari satu bahasa. Misalnya, kita mengenal adanya bahasa Melayu dialek Jakarta atau bahasa Bali dialek Nusa Penida, Karangasem, dan lain-lain. Kata lépéh misalnya digunakan oleh masyarakat Nusa Penida untuk menyatakan capek atau lelah. Berbeda dengan masyarakat Cirebon yang menggunakan kata pegel. Dari segi pengucapan, misalnya kata ujan diucapkan Ujan oleh masyarakat Karangasem dengan menggunakan dialek Karangasem dan kata ujan diucapakan Ojan oleh masyarakat Nusa dengan dialek Nusa Penida.

b. Dialek sosial, yaitu dialek yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu atau menandai stratum sosial tertentu. Misalnya, dialek orang dewasa dan dialek remaja. Para remaja misalnya menggunakan bahasa gaul ketika berkomunikasi dengan temannya. Kata bro yang berarti saudara laki-laki, bokap yang berarti ayah, nyokap yang berarti ibu, gue yang berarti aku merupakan beberapa contoh bahasa gaul yang digunakan oleh remaja Indonesia.

c. Dialek temporal, yaitu dialek yang dipakai pada kurun waktu tertentu. Misalnya kata bokap dan nyokap merupakan bahasa yang berkembang saat ini, sedangkan pada tahun 20-an kata-kata tersebut belum dikenal oleh masyarakat.

d. Idiolek, yaitu keseluruhan ciri-ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia, tetapi kita masing-masing mempunyai ciri khas pribadi dalam lafal, tata bahasa, pilihan kata, warna suara, dan lain-lain. Yang paling menonjol dalam idiolek ini adalah warna suara, sehingga jika kita sudah akrab dengan seseorang, hanya dengan mendengar suaranya kita bisa tahu siapa yang berbicara.

Demikian materi yang di sampaikan mohon maaf bila ada kesalahan

Terima kasih~

No comments:

Post a Comment

Menuju Tak Terbatas Dan Melampaui nya

Muhammad Dika Haryadi

Pengendalian Audit SI Aspek-Aspek IT Governance Penyelarasan rencana strategis TI dengan tujuan bisnis Perusahaan (Strategic Alignment); ber...